Jambi - Petani swadaya dari Provinsi Jambi, yakni petani yang terhimpun dalam (koperasi) KUD Makarti dianugerahi sertifikat International Sustainability and Carbon Certification (ISCC)/Sertifikasi Keberlanjutan dan Karbon Internasional. Sertifikasi ini diberikan untuk meningkatkan kemampuan petani bersaing di tingkat dunia, dimana diharapkan dengan adanya seritifikasi ini kemampuan petani dapat ditingkatkan dan memenuhi standar mutu.
Sertifikasi ini penting bagi petani independent sebagai sebuah prasyarat bagi penerimaan pasar internasional, karena banyak perusahaan di Eropa berkomitmen mendapatkan hasil pertanian dan perkebunan yang tidak berasal dari perusakan hutan. Ini sangat membanggakan bagi Provinsi Jambi karena sertifikat tersebut merupakan yang pertama di dunia bagi petani swadaya, terlebih lagi, kelapa sawit merupakan komoditi unggulan Provinsi Jambi.
Wakil Gubernur Jambi, H. Fachrori Umar yang turut hadir dalam sambutannya mengatakan, kegiatan ini sangat erat kaitannya dengan pemberdayaan para petani perkebunan. Dirinya sangat mengapresiasi pemberian sertifikasi kepada petani sawit yang dinilainya dapat meningkatkan kualitas petani. Hadir pada kesempatan ini Kadis Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jambi Imron Rosyadi, Andreas Feige Managing Director ISSC, para pimpinan perusahaan sawit, dan perwakilan koperasi Makarti.
“Untuk itu, saya ucapkan selamat kepada para pengurus koperasi Makarti yang telah berprestasi sebagai peraih sertifikasi peringkat internasional, dengan sertifikasi ini akan meningkatkan kualitas petani, dengan meningkatnya kualitas akan berdampak pula bagi pengembangan dan pengolahan sawit, sehingga sawit kita dapat menembus pasar internasional terutama Eropa,” ujar Wakil Gubernur Jambi, H. Fachrori Umar, saat menghadiri acara tersebut bertempat di SwissBel hotel, Senin (26/3).
Wagub mengungkapkan, Provinsi Jambi memiliki tanah yang subur dan letak yang strategis dengan sumber daya alam yang melimpah sehingga diharapkan dapat menarik investor.
“Kita patut bersyukur bahwa Jambi memiliki lahan yang subur dan cocok untuk pertumbuhan tanaman pangan maupun perkebunan, pada sisi lain untuk menjaga kesuburan tersebut kita juga harus bisa menjaga ekosistem kita, mengingat hutan dan tanaman memiliki fungsi ekologis yang sangat banyak diantaranya dengan fungsinya yang dapat menyerap dan menyimpan air hujan dan menjaga lingkungan berarti menjaga kelangsungan hidup,” jelasnya.
Kemudian, Fachrori menegaskan, bahwa saat ini banyak petani yang sudah tidak memiliki lahan untuk berkebun. “Di desa saya sendiri di Babeko, Kabupaten Bungo masyarakat sudah sangat kekurangan lahan, dikarenakan sebagian menjual lahannya kepada perusahaan untuk dijadikan lahan sawit dengan sistem bagi, ketika sawit sudah berbuah perusahaan tidak mau membeli sawit dengan berbagai alasan. Saya berharap dengan adanya pelatihan ini dapat memperbaiki pola pikir petani untuk meningkatkan kualitasnya sehingga buah yang dihasilkan sesuai standar mutu,” ujar Wagub.
Sementara itu, Andreas Feige Managing Director ISSC saat konferensi pers menyatakan bahwa sertifikasi ini memberikan jaminan atau sertifikasi bahwa semua hasil dari kelapa sawit itu bisa berasal dari sumber-sumber yang bukan berasal dari pembukaan/perusakan hutan.
“Kami juga akan memberikan akses untuk pasar internasional dan pasar Eropa, sehingga anda dapat memperluas pasarnya. Yang kedua, ini berarti bahwa anda juga memiliki akses untuk mendapatkan harga yang baik, dan untuk jangka panjangnya dengan sertifikasi ini anda akan mendapatkan pelatihan tentang bagaimana melakukan pengolahan tanaman yang ramah lingkungan yang akan sangat berpengaruh bagi keberlangsungan kesuburan tanah,” tutur Andreas.
Andreas menyatakan bahwa peningkatan kualitas hasil pertanian merupakan persyaratan untuk memasuki pasar Eropa dan sertifikasi ini bukan yang pertama diberikan, tetapi sertifikasi ini adalah yang pertama bagi petani swadaya.
“Ini adalah sertifikat pertama bagi petani swadaya, kami telah merancang mendesain ulang sertifikasi ini sehingga dapat sesuai untuk para petani swadaya, sehingga mereka juga dapat berpartisipasi. Karena sistem sekarang lebih ditujukan bagi para organisasi profesional,” jelas Andreas. (hms/Bn)
Facebook comments